welcome to my blog
-

Senin, 08 Desember 2014

Apa itu LCC (Low Cost Carrier)


Low cost carrier adalah penerbangan dengan biaya rendah atau sebuah maskapai penerbangan yang menyediakan harga tiket pesawat dengan harga terjangkau dengan mengurangi beberapa layanan umum bagi penumpang pesawat seperti layanan catering, minimalis reservasi sehingga menekan biaya cost penerbangan dan harga nya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
Maskapai penerbangan yang pertama kali menggunakan sistem LCC (Low Cost Carrier) adalah maskapai penerbangan Southwest Airlines pada tahun 1971.



Low cost carrier melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional pada umumnya dengan tidak memberikan fasilitas catering, meminimalisasi reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga layanan lebih sederhana dan semakin lebih cepat. Pelayanan yang di minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun factor safety tetap diutamakan demi keselamatan penumpang sampai pada tujuan.

1.      Ciri-ciri maskapai yang menggunakan lcc

Umumnya, ciri-ciri maskapai tersebut menerapkan LCC(Low Cost Carrier)
antara lain ;
  1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau bisnis.
  2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak daripada kapasitas pesawat dengan layanan tradisional sehingga terlihat penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah.
  3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan meminimize biaya maintenance dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya pesawatnya baru/ umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi fuel (avtur).
  4. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%.
  5. Tidak memberikan layanan catering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan air mineral.
  6. Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati.
  7. Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk.
  8. Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke point untuk menghindari miss conection di tempat transit dan dampak delay dari akibat delay flight sebelumnya.
  9. Memberlakukan penanganan gound handling yang cepat dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
  10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya via call center dan internet untuk meminize cost channel distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan tidak menggunakan Channel Distribusi GDS (Global Distribution System) seperti Abacus,Galileo, dll.
  11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket.
  12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besar-besar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct sales.
  13. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling. Disamping itu LCC menerapkan outsourching dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara.
2.     Peningkatan penjualan lcc

Dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia, masyarakat kelas menengah kini banyak yang memanfaatkan jasa angkutan penerbangan untuk berlibur. Oleh Sebab itu, bisnis penerbangan menjadi trend saat ini.
Menurut Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Tengku Burhanuddin menjelaskan saat ini bisnis penerbangan low cost carrier (LCC) masih menjadi favorit masyarakat kelas menengah untuk berpergian.
Tiap tahun, semua maskapai penerbangan yang memiliki LCC, telah meningkat pemakaian jasanya.Kebutuhan perusahaan penerbangan LCC di tiap tahun juga mengalami peningkatan.Dengan bertumbuhnya LCC, tingkat pertumbuhan bisnis penerbangan dengan layanan full service juga ikut naik. Istilah Penerbangan “low cost” atau sering disebut LCC (Low Cost Carrier)merupakan model penerbangan dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya,

Berikut merupakan pebedaan Maskapai Penerbangan Biasa dan Maskapai Penerbangan LCC (Low Cost Carrier):
  • Maskapai penerbangan pada umumnya melakukan penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan catering, penyediaan newspaper atau magazine, in flight entertainment, in flight shop, lounge, free taxy after landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya.
  • Sedangkan,Maskapai Penerbangan LCC( Low Cost Carrier) melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional yaitu dengan pengurangan catering, minimize reservasi dgn bantuan teknologi IT sehingga layanan nampak sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun factor safety tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan. LCC adalah redifinisi bisnis penerbangan yang menyediakan harga tiket yang terjangkau serta layanan terbang yang minimalis. Intinya produk yang ditawarkan senantiasa berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi operasional cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas.
Awal mula low cost carrier dirintis oleh Maskapai Southwest yang didirikan Rollin King, Lamar Muse dan Herber Kelleher pada 1967. Efisiensi yang dilakukan mencakup mulai dari harga (murah), teknologi, struktur biaya, rute hingga berbagai peralatan operasional yang digunakan.
Keberhasilan Southwest kemudian diikuti oleh maskapai penerbangan lainnya seperti Vanguard, America West, Kiwi Air, Ryanair yang berdiri tahun 1990, Easyjet yang berdiri tahun 1995, Shuttle (anak Perusahaan United Airlines), MetroJet (anak perusahaan USAir) dan Delta Express (anak perusahaan Delta), Continental Lite (anak perusahaan Continental Airlines). Langkah Low cost carrier kemudian juga ditiru di Asia dengan munculnya Air Asia di tahun 2000 yang bermarkas di Malaysia, Virgin Blue di Australia, sedangkan di Indonesia kemudian berdiri Lion Air, dan Wings Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air.
Tiga maskapai  terbaik yang bersaing pada penerbangan lcc di Indonesia

1.    Lion Air 
Lion Air adalah Maskapai Penerbangan Swasta yang dimiliki Oleh Rusdi Kirana. Dengan Jumlah Armada 95 Pesawat dan 217 Pesanan Pesawat lainnya,Lion Air Menjadi Peringkat Ke-2 Di "10 Maskapai Penerbangan Terbaik di Indonesia." selain itu Lion Air Juga Termasuk Pengguna Pesawat Boeing Terbesar Di Dunia dan memecahkan Rekor Pemesanan Pesawat Boeing terbesar di Dunia yang sebelumnya dimiliki Oleh Emirates Airlines. Lion Air Juga telah Memesan Boeing 737 Max sebanyak 209 Pesawat dan Penerimaan Pesawat pertama Boeing 737 Max akan dilakukan di 2017 mendatang. Lion Air merupakan salah satu Maskapai Penerbangan Indonesia yang diperbolehkan Terbang Ke Eropa.

2.    AirAsia Indonesia
AirAsia Indonesia berhasil Menempati Posisi ke-3 Di "10 Maskapai Penerbangan Terbaik di Indonesia". dengan Jumlah armada sekitar 40 Pesawat AirAsia Indonesia Juga Menjadi Maskapai Penerbangan LCC (Low Cost Carrier)terbaik Di indonesia. AirAsia Indonesia Diniliai Sebagai Maskapai terbaik LCC (Low Cost Carrier) di Indonesia karena harga Tiket mereka yang sangat Murah.

3.    Citilink
Citilink Adalah Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah di Indonesia ini menempati Peringkat ke-4 di "10 Maskapai Penerbangan terbaik di Indonesia."dengan Jumlah armada sekitar 30 Pesawat Citilink menjadi salah satu Maskapai Terbaik di Indonesia. Citilink pun adalah maskapai LCC terbaik di indonesia pada tahun 2012 kemarin, Citilink juga pernah menjual Tiketnya Dengan Harga Rp.75.000. Citilink Merupakan salah satu dari maskapai Penerbangan di Indonesia yang diperbolehkan Terbang ke Eropa.

Di Indonesia belum ada yang menerapkan pola bisnis LCC yang sejati, karena operasional cost maskapai yang dianggap LCC di Indonesia  seperti Lion Air dan Wings Air masih diatas rata-rata maskapai LCC pada umumnya. Banyak analis keuangan masih menyatakan bahwa cost per available seat mil masih berada di atas ambang standard operating cost dari suatu Low Cost Carrier yang sejati, namun meskipun price structure-nya sendiri sudah sesuai dengan konsep LCC sehingga mungkin akan lebih tepat disebut dengan Low Far Carrier (LFC) karena hanya menawarkan harga murah tetapi belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip LCC  dimana struktur cost dan produktifitas maskapai masih tergolong mahal.Tetapi konsep LFC tentu sangat menguntungkan bagi calon konsumen, karena konsumen dihadapkan pada pilihan menggunakan transportasi udara yang berbiaya murah dan cepat.
Namun,Perkembangan bisnis penerbangan kedepannya masih menghadapi tantangan yang berat, mengingat harga avtur yang terus meningkat yang merupakan komponen biaya yang paling besar dalam total operating cost di bisnis penerbangan. Otomatis dengan biaya operasi yang makin meningkat, maskapai terpaksa  menaikkan tarif. Oleh karena itu, strategi bisnis LCC yang sejati yang secara aggresif mampu melakukan penghematan terhadap konsumsi fuel akan sangat sesuai diterapkan di Indonesia mengingat penumpang-penumpang Maskapai Penerbangan di Indonesia sangat sensitif terhadap harga, maka kecenderungannya penumpang akan memilih maskapai yang menawarkan harga murah, namun maskapai LCC tetap mendapatkan profit dari bisnisnya.

3.Surcharge Diterapkan, Penjualan Tiket Pesawat LCC Turun 20 Persen
Menyusul penerapan implementasi biaya tambahan (surcharge) oleh pemerintah pada 26 februari 2014 akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, penjualan tiket pesawat low cost carrier domestik mengalami penurunan hingga 20 persen.
Pelemahan rupiah tersebut, berdampak pada melambungnya harga bahan bakar pesawat. Alhasil untuk menyelamatkan industri penerbangan dari kebangkrutan, pemerintah memberlakukan fuel surcharge yang dibebankan kepada konsumen .
Menurut Ketua umum Association of the Indonesia Tours and Travel (Asita) Asnawi Bahar, ada kontraksi penjualan tiket seiring dengan penambahan surcharge tersebut. “Penjualan tiket pesawat low cost carrier menurun 10%—20% pada awal penerapan,” katanya dilansir Bisnis.com.
Perlu diketahui,  untuk penerbangan dengan pesawat jet, surcharge ditambahkan sebesar Rp 60.000 dan Rp 50.000 untuk pesawat turbo propeller di luar harga tiket. Lewat aturan Permenhub No. 2/2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif, harga tiket pesawat tujuan domestik mengalami kenaikan sebesar 7 hingga 9 persen.
“Efek psikologis calon penumpang muncul saat harga tiket pesawat low cost carrier mendadak lebih mahal atau hampir sama dengan harga tiket pesawat full service. Banyak dari mereka menunda perjalanan akibat penerapan surcharge,” tuturnya.
Namun, penurunan penjualan tiket low cost carrier tersebut tidak berlangsung lama menyusul tingginya kebutuhan penggunaan transportasi udara. “Kami memprediksi, penjualan akan kembali normal pada bulan kedua penerapan surcharge.”
Dalam penerapan surcharge, Asita meminta kepada pemerintah dan maskapai untuk jangan terlalu lama mempertahankan biaya tambahan itu. “Jika rupiah membaik, harga avtur sudah seperti semula, surcharge tersebut harus segera dicabut untuk mendongkrak kembali penjualan tiket pesawat,” katanya
Menangapi hal itu, kontraksi penjualan tidak akan berlangsung lama. “Itu hanya efek psikologis dari konsumen saja,” katanya.


 


 

1 komentar:

  1. Best Casinos in Las Vegas (2021) - Mapyro
    The Wynn is a 군포 출장마사지 luxury hotel and 안성 출장마사지 casino 순천 출장안마 in Las Vegas, Nevada. This casino is located off 김제 출장마사지 the Strip and is owned and operated by Wynn 영천 출장샵 Resorts.

    BalasHapus